Film ini diangkat dari kisah nyata perjalanan karir Bill Gates, manusia terkaya di Bumi.Film ini juga bermanfaat untuk membangkitkan semangat & inspirasi, khususnya bagi Anda yang berwiraswasta. Secara keseluruhan, film ini menceritakan persaingan antara Bill Gates vs Steve Jobs. FYI, Steve Jobs adalah pendiri Apple Computer Inc. yang terkenal dengan produk Macintoshnya.
Pada bagian awal diceritakan bagaimana Gates dan Steve memulai segalanya dari bawah. Di sini kita bisa akan dibuat kagum oleh kejeniusan dan semangat mereka. Pada 1975, Gates dan rekannya Paul Allen mendirikan Microsoft. Dan pada 1976, Jobs dan rekannya Steve Wozniac mendirikan Apple Inc, di garasi. Waktu itu mereka mampu menjual komputer Apple I yang awalnya dibungkus kayu & menggunakan layar TV bekas! Sebenarnya Wozniac sempat menunjukkan komputer tersebut ke perusaahaan HP tempat dia bekerja. Tapi para petinggi HP saat itu hanya menertawakannya.
Fase selanjutnya adalah fase pencurian. Di sini kita lihat bahwa 2 kubu tersebut memajukan perusahaan mereka dengan hasil karya orang lain.
Di kubu Jobs,kejayaan Apple dimulai ketika mereka berhasil menciptakan komputer yg memiliki GUI yang menarik, dgn digunakannya mouse. Ide penggunaan mouse dan grafik tsb mereka curi dari Xerox. Pihak Xerox mengijinkan Jobs dkk melihat hasil karyanya karena tdk menyadari dahsyatnya pemanfaatannya. Cucian deh.
Steve Jobs sama sekali tidak malu mengakui bahwa dia telah melakukan pencurian. Justru dia bangga dan menjadikan pencurian sebagai motto perusahaan. Bahkan di depan kantornya yang nyentrik, dikibarkan bendera bajak laut!Good artists copy, great artists steal!
Pada saat Apple sudah besar, Microsoft masih merupakan perusahaan kecil. Namun produk BASIC mereka cukup menarik bagi IBM. Dan suatu saat bertemulah kubu Gates dengan petinggi IBM.
Pada pertemuan tersebut, Bill Gates berhasil meyakinkan IBM bahwa mereka memiliki produk yg dibutuhkan IBM. Padahal Gates dkk. tdk mempersiapkan apapun ketika berangkat ke pertemuan. Bahkan dasi Bill Gates pun dibeli dari seseorang yang sedang buang air di airport!
Terang saja Bill Gates dkk. kebingungan untuk memenuhi janji mereka ini. Dan di tengah-tengah kebingungan tersebut, Allen mengunjungi sebuah software house kecil. Di sana dia melihat program XDOS, dan memutuskan untuk membeli beserta lisensinya. Program tersebutlah yang akhirnya dijual kembali oleh kubu Bill Gates kepada IBM. Dan itu pun dengan lisensi yang masih dipegang Microsoft. Program itu kemudian menjadi MS DOS, yang ada di seluruh komputer yang menggunakan Windows saat ini. Bayangkan betapa sakit hatinya si pencipta XDOS bila mengetahui hal ini:)
Kerjasama dengan IBM tersebut membuat Microsoft terus berkembang, tapi masih tetap di bawah Apple Inc.
Fase selanjutnya adalah fase pengkhianatan. Sampai saat itu, Apple selalu selangkah lebih maju. Hal ini membuat Bill Gates penasaran dan datang menemui Jobs. Entah jampi-jampi apa yang dia gunakan sehingga Steve Jobs mau menunjukkan prototype yang sedang dikembangkan Apple. Dan hebatnya lagi, Steve Jobs bahkan memberi Bill Gates 1 buah prototype karena Gates berjanji untuk ikut mengembangkannya.Tentu Dan baru setelah sekian lama tidak ada kabarnya, Jobs pun mulai tersadar.
Dia pun memanggil Gates dengan penuh amarah. Di sini lagi-lagi terlihat bakat negoisator seorang Bill Gates. Dia sekali lagi berhasil meyakinkan Steve Jobs bahwa dia sedang membantu melakukan pengembangan.
Dan akhirnya tibalah saat peluncuran komputer Apple yang berasal dari prototype tersebut.Gates diberi kesempatan untuk turut berpidato.Ketika Gates sedang di podium, Steve Jobs mendapat kabar bahwa di Jepang sudah beredar komputer dengan program yang mirip dengan produk Apple itu. Program tersebut tak lain adalah Microsoft Windows!!!
Dan ketika Jobs melabrak Bill Gates, Bill Gates berkata:Hey, semua mobil kan ada stirnya. Tapi pencipta stir ngga protes tuh!
Tampilkan postingan dengan label Tugas Teknoprenersip. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tugas Teknoprenersip. Tampilkan semua postingan
Rabu, 30 Maret 2011
Rabu, 23 Maret 2011
Asal usul Martabak Lebaksiu
Martabak adalah sejenis makanan khas dari negeri India sejak dahulu hingga sekarang. Di Indonesia ada dua jenis martabak.
Pertama adalah martabak telor, yang kedua adalah martabak terang bulan atau biasa disebut martabak manis.Di India martabak, susunannya adalah sebagia berikut :
Adonan tepung terigu yang dibentuk sebesar telur bayam, dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng, setelah membentuk ukuran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi telur/kentang dan digoreng. Setelah itu dihidangkan dengan kare kambing/gulai. Itulah aslinya martabak telur atau di India disebut moortaba.
.
Di negeri India, makanan lain sejenis martabak telur adalah : Nan, Roti Cane, Chappaty, Purata, Poory, Samosa. Makanan-makanan teresbut masuk pada kategori makanan sedang/ringan. Dan bisa juga menjadi menu makanan utama disana.
Kemudian bagaimana dengan martabak terang bulan/martabak manis ? jenis ini baik bentuk, isi dan rasanya sama sekali tidak ditemukan di negeri India. Makanan yang rasanya manis ini, adalah sejenis roti/kue manis – cake atau pasta. Yang di hidangkan sebagai sarapan pagi /santai bersama minum kopi atau teh maupun teh susu atau “Chaa” yang biasa juga disebut di Malaysia namanya Teh Tarik.
ASAL USUL MARTABAK DARI LEBAKSIU
Pada sekitar awal tahun 1930-an, beberapa pemuda asal daerah lebaksiu kabupaten Tegal mengadu nasib dengan berjualan makanan atau mainan anak-anak pada setiap ada perayaan di kota-kota, seperti kota Semarang. Di kota inilah salah seorang pemuda yang bernama Ahmad bin Kyai Abdul Karim berkenalan dengan seorang pemuda berasal dari negeri India bernama Abdullah bin Hasan Almalibary.
Dari hasil persahabatan mereka, maka Abdullah diajaklah berkunjung ke kampung halaman Ahmad di desa Lebaksiu kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Abdullah berkenalan dengan adik perempuan Ahmad yang bernama Masni binti Kyai Abdul Karim.
Kemudian Abdullah mempersunting Masni adik perempuan Ahmad pada tahun 1935. Abdullah atau biasa disebut Tuan Duloh adalah seorang saudagar/pengusaha pada zaman itu. Salah satu keahlian Abdullah adalah membuat makanan yang terbuat dari adonan terigu yang bernama Martabak.
Didalam kisah perjalanan Abdullah ini, dari beberapa narasumber baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup diantaranya : Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim 85 tahun, Mawardi bin Kyai Abdul Karim 80 tahun, H. Abdul Kadir Bayasut 80 tahun (keturunan Arab), H. Katikaren Abdul Kadir 80 tahun (keturunan India), dan beberapa tokoh-tokoh lainnya membenarkan kisah tersebut diatas.
Adalah suatu kenyataan bahwa martabak yang dibuat oleh Abdullah, sangat berbeda dengan martabak yang aslinya dari India.
.
Susunan Bahan Dasar Martabak Telor.
Adonan tepung terigu yang dibentuk bulat sebesar telur ayam, kemudian dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng. Setelah membentuk lingkaran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi dengan campuran telur, sayuran, irisan-irisan kecil daging yang telah dimasak dengan bumbu-bumbu. Kemudian digoreng, dan kemudian bisa langsung dihidangkan tanpa kare kambing/gulai.
Dialah salah satu diantar pemuda-pemuda India yang berhasil membuat perubahan atau modifikasi Martabak dari aslinya. Menurut narasumber hal ini disesuaikan dengan cita rasa maupun kebiasaan masyarakat di Indonesia khususnya di Tanah Jawa yang pada umumnya gemar makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka mengkonsumsi daging berlebihan. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa modifikasi martabak itu terjadi.
Sampai sekarang ini, jenis Martabak telor yang beredar hampir diseluruh pelosok Indonesia, adalah merupakan hasil modifikasi dari yang aslinya.
Martabak terang bulan/martabak manis. Konon menurut kisah disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan purnama. Martabak manis ini dibuat dengan bahan-bahan dasar adonan tepug terigu, gula, telor, dan lain-lain. Dan dicetak dengan cetakan piring seng dengan ukuran kurang lebih 20 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan diatas bara api, arang kayu, maupun kompor minyak. Sering martabak terang bulan ini disebut juga martabak “goyang”. Isi atau bumbu-bumbunya adalah olesan mentega/margarine, susu, selai pepaya, selai nanas, meises, kacang dan lain-lain.
Pada sekitar tahun 1950-an, terjadilah modifikasi baik bentuk maupun ukuran dan rasa martabak manis. Cetakannya terbuat dari besi cor / cor perunggu,cor kuningan dengan ukuran 18/20 cm, 20/22 cm, 22/24 cm, 24/26 cm, 26/28 cm, 28/30 cm. Dengan isi atau bumbu-bumbunya adalah susu, kacang, keju, meises, wijen, kismis, durian, dan lain sebagainya.
Keahlian Abdullah diajarkan kepada kerabat dekat istrinya maupun tetangga-tetangganya. Tercatatlah nama-nama sebagai berikut :
1. Ahmad bin Kyai Abdul Karim (Alm)
2. Abdul Manaf bin Kyai Abdul Karim (Alm)
3. Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim
4. Mawardi bin Kyai Abdul Karim
5. Rifai bin Kyai Abdul Karim (Alm)
6. Djari (Haji Umar) bin Haji Mas’ud (Alm)
7. Maktub bin Haji Mas’ud (Alm)
8. Dja’i bin Haji Sueb (Alm)
9. Ali bin Haji Sueb (Alm)
10. Rumli bi Sanadi (Alm)
11. Tamyid
12. Tuwuh
Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Ini adalah merupakan generasi kedua setelah Abdullah.
Abdullah bersama mereka-merekalah yang memperkenalkan martabak pada setiap ada keramaian di pasar-pasar malam di kota-kota besar khususnya di pulau jawa. Keramaian-keramaian seperti Sekatenan di Jogjakarta, Dugderan di Semarang, Mauludan di Cirebon-Trusmi, dan pasar malam di pabrik-pabrik tebu pada perayaan permulaan giling (metik).
Bisnis-bisnis Abdullah yang ditekuninya sekitar tahun 1935 – 1955 antara lain : “Rumah Makan India Moslem” di Slawi, “Meubeler” di Lebaksiu dan pengelola dibeberapa pasar malam.
Tersebutlah nama-nama rekan-rekan Abdullah senegara dari India pada kurun waktu antara 1930 – 1960 adalah :
1. Tuan Hasan di Semarang
2. Tuan Muhammad di Yogya
3. Tuan Haji Sayeed Ali di Jakarta
4. Tuan Salam di Jakarta
5. dan masih banyak nama-nama lain.
Ketika rekan-rekan Abdullah memilih tinggal di kota-kota besar, tidak demikian halnya dengan Abdullah yang memilih tinggal di salah satu kampung bernama Lebaksiu Kidul Kab. Tegal yang berjarak sekitar 21 km arah selatan kota Tegal bersama isteri dan anak-anaknya.
Perkembangan Martabak di Indonesia pada kurun waktu sekitar 1950 – 1990, tercatatlah nama-nama tokoh sebagai berikut :
Tegal : Dja’i bin Haji Sueb, Haji Urip, Haji Abdur Rohim, Sumyad, Muhidin, Gendon, Masan, Dahlan, dan rekan-rekan.
Jakarta : Rumli bin Sanadi, Mahsud, Mali, Tabud, Matlab, Haji Hambali, Muanas, Haji Tobroni, Luri, Muri, Tarmudi, Usup, Hudi, H. Muripin, H. Tabri, H. Nur Abdullah Hasan, Umar Hanafi, H. Toni Dartam, Dakyani, dan rekan-rekan.
Bogor : Rifai, Mawardi, Abdul Wahid, Abdul Gofur, Maskam, Haji Umar Sahir, dan rekan-rekan.
Bandung : Dasir, Mukdi, Salim, Haji Mahun, dan rekan-rekan
Cianjur : Haji Surur, Makbul Tamyid, dan rekan-rekan.
Yogya : Keluarga Besar Tuan Muhammad, Haji Muhammad Abdullah, Suud, Haji Bahroni, dan rekan-rekan.
Makasar : Haji Imam Abdul Manaf, Mashur Dja’i, Muhidin, Tori Dannya, Haji Muanas Maad, H. Wartono, H. Jurani, dan rekan-rekan.
Manado : Haji Susalit, Matlub, Haji Bedi, Warno, Haji Suyatno, Narto, dan rekan-rekan.
Pontianak : Haji Abdul Kadir Ali, Bambang Wage, Tori, dan rekan-rekan.
Singkawang : Haji Jeni Saleh, dan rekan-rekan.
Banjarmasin : Haji Muta’alim, Paluruni Tori, H. Bedi, Sunarto, dan rekan-rekan.
Semarang : Keluarga Besar Tuan Hasan, dan rekan-rekan.
Palembang : Keluarga Besar Tuan Haji Abdul Rozak (HAR) dan rekan-rekan
Bekasi : Makmur Darnya, Otong, Anwar, H. Saehudin, Saepudin, dan rekan-rekan
Kuningan : H. Midi, dan rekan-rekan
Tangerang : H. Tris, Heriyanto Dja’i, Muhammad Abdul Bayasut, Wahyu Patehi dan rekan-rekan
Sampit : Rozak Bayasut, Abdullah Bayasut, Yazid Bayasut, dan rekan-rekan.
Bontang : Haji Muhammad, Untung, H. Sunarto, Saepu Torik, dan rekan-rekan.
Jayapura : Haji Juremi, Haji Waud Umar, Haji Tono Umar, dan rekan-rekan.
Mataram : Haji Sahuri, Agus, dan rekan-rekan.
Denpasar : Haji Mashur Dakup, H. Toni, Luruh, Patehi, dan rekan-rekan.
Kupang : Ruslan Sanusi, dan rekan-rekan
Tasikmalaya : Djubaidi Ali, Balhi, Maksudi, Sungib, Sopi, dan rekan-rekan
Pekanbaru : H. Isro, dan rekan-rekan
Bukittinggi (Sumbar) : Harar, dan rekan-rekan
Itulah generasi kedua dan ketiga, pada generasi keempat, sekarang telah menyebar keseluruh pelosok Indonesia. Menu dagangannya pun tidak hanya martabak saja namun beberapa jajanan yang lain, antara lain : donat, onde-onde, pukis, pisang goreng, gandasturi, tahu goreng, ayam goreng, dan aneka macam makanan dan jajanan.
Untuk luar negeri seperti Jeddah, Saudi Arabia, para tokoh-tokohnya adalah : Haji Adnan Sowi, Haji Kana, Haji Mustakin, Haji Agus Warto, Haji Zainudin bin Ahmad, Haji Syaiful Bahri, Haji Humaedi, dan rekan-rekan lainnya.
Tokoh-tokoh wanita (Srikandi) Lebakksiu:
1. Ibu Saimah Marjen
2. Ibu Hajjah Mary Wahid
Namun demikian sejarah martabak Lebaksiu dapat berkembang pesat seperti sekarang ini tidak terlepas dari dukungan moril maupun materil dari tokoh-tokoh Lebaksiu non martabak seperti:
1. Tabri (Mantan Lurah Lebaksiu Lor)
2. H. Ikna Tjokroharsono
3. H. Bahrun (Mantan Lurah Lebaksiu Lor)
4. KH. Samlawi (Mantan Lurah Lebaksiu Kidul)
5. KH.Mafhud Thoha
6. Kamali rusbad (PLN)
7. Bang Ahmad (Mantan Lurah Kajen)
8. H. DJubaidi Ahmad Baedowi (PLN)
9. Drs. H. imam Sofwan
10. Drs. Kaprawi
11. Pandi (Gang Tongkang) Jakarta
12. Drs. H. Bachruddin Nasori, Msi
13. H. Ali DJured
14. Khozin Tamjid
15. H. Abdul Malik Tamjid
16. Ir. H. Ismaun Tjokroharsono
17. Marjono (Yon Kav)
Hasil kunjungan penulis di sebagian kota-kota besar di Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan Australia tidak ditemukan jenis Martabak Lebaksiu seperti yang sudah diutarakan diatas.
Abdullah bin Hasan Almalibary lahir di daerah Payoli, Distric Meladi, “Kerala State South of India” pada tahun 1901.
Meninggal dunia pada 1956 dan dimakamkan di desa Lebaksiu Kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Meninggalkan seorang isteri dua anak laki dan dua anak perempuan.
Isterinya bernama Masni ( Hajjah Hasanah Masni ) binti Kyai Abdul Karim, lahir di Lebaksiu Kidul tahun 1918 dan meninggal dunia pada tahun 2000.
Apabila ilmu membuat martabak adalah sebuah ilmu yang bermanfaat ( Al IlmuNafi ) dan berguna bagi kemaslahatan umat, maka dengan mengharap ridho Allah Subhanahu wata’ala semoga Abdullah bin Hasan Almalibary beserta pengikut-pengikutnya diterima amal ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya. Amin.
Dari hasil pengamatan saya di tulisan ini saya menyimpulkan industri kreatif itu akan berkembang jika kita mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki pengalaman yang cukup banyak seperti pada beberapa pemuda asal daerah lebaksiu kabupaten Tegal yang mengadu nasib dengan berjualan makanan atau mainan anak-anak pada setiap ada perayaan di kota-kota, seperti kota Semarang. selain itu mempunyai banyak relasi yang bisa kita ajak untuk bekerja sama juga merupakan faktor penting untuk memajukan industri kreatif kita
Pertama adalah martabak telor, yang kedua adalah martabak terang bulan atau biasa disebut martabak manis.Di India martabak, susunannya adalah sebagia berikut :
Adonan tepung terigu yang dibentuk sebesar telur bayam, dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng, setelah membentuk ukuran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi telur/kentang dan digoreng. Setelah itu dihidangkan dengan kare kambing/gulai. Itulah aslinya martabak telur atau di India disebut moortaba.
.
Di negeri India, makanan lain sejenis martabak telur adalah : Nan, Roti Cane, Chappaty, Purata, Poory, Samosa. Makanan-makanan teresbut masuk pada kategori makanan sedang/ringan. Dan bisa juga menjadi menu makanan utama disana.
Kemudian bagaimana dengan martabak terang bulan/martabak manis ? jenis ini baik bentuk, isi dan rasanya sama sekali tidak ditemukan di negeri India. Makanan yang rasanya manis ini, adalah sejenis roti/kue manis – cake atau pasta. Yang di hidangkan sebagai sarapan pagi /santai bersama minum kopi atau teh maupun teh susu atau “Chaa” yang biasa juga disebut di Malaysia namanya Teh Tarik.
ASAL USUL MARTABAK DARI LEBAKSIU
Pada sekitar awal tahun 1930-an, beberapa pemuda asal daerah lebaksiu kabupaten Tegal mengadu nasib dengan berjualan makanan atau mainan anak-anak pada setiap ada perayaan di kota-kota, seperti kota Semarang. Di kota inilah salah seorang pemuda yang bernama Ahmad bin Kyai Abdul Karim berkenalan dengan seorang pemuda berasal dari negeri India bernama Abdullah bin Hasan Almalibary.
Dari hasil persahabatan mereka, maka Abdullah diajaklah berkunjung ke kampung halaman Ahmad di desa Lebaksiu kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Abdullah berkenalan dengan adik perempuan Ahmad yang bernama Masni binti Kyai Abdul Karim.
Kemudian Abdullah mempersunting Masni adik perempuan Ahmad pada tahun 1935. Abdullah atau biasa disebut Tuan Duloh adalah seorang saudagar/pengusaha pada zaman itu. Salah satu keahlian Abdullah adalah membuat makanan yang terbuat dari adonan terigu yang bernama Martabak.
Didalam kisah perjalanan Abdullah ini, dari beberapa narasumber baik yang sudah meninggal maupun yang masih hidup diantaranya : Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim 85 tahun, Mawardi bin Kyai Abdul Karim 80 tahun, H. Abdul Kadir Bayasut 80 tahun (keturunan Arab), H. Katikaren Abdul Kadir 80 tahun (keturunan India), dan beberapa tokoh-tokoh lainnya membenarkan kisah tersebut diatas.
Adalah suatu kenyataan bahwa martabak yang dibuat oleh Abdullah, sangat berbeda dengan martabak yang aslinya dari India.
.
Susunan Bahan Dasar Martabak Telor.
Adonan tepung terigu yang dibentuk bulat sebesar telur ayam, kemudian dibanting, dilebarkan diatas kaca, marmer atau seng. Setelah membentuk lingkaran berdiameter kurang lebih 40 cm, kemudian diisi dengan campuran telur, sayuran, irisan-irisan kecil daging yang telah dimasak dengan bumbu-bumbu. Kemudian digoreng, dan kemudian bisa langsung dihidangkan tanpa kare kambing/gulai.
Dialah salah satu diantar pemuda-pemuda India yang berhasil membuat perubahan atau modifikasi Martabak dari aslinya. Menurut narasumber hal ini disesuaikan dengan cita rasa maupun kebiasaan masyarakat di Indonesia khususnya di Tanah Jawa yang pada umumnya gemar makan sayur-sayuran dan tidak terlalu suka mengkonsumsi daging berlebihan. Itulah yang menjadi alasan utama mengapa modifikasi martabak itu terjadi.
Sampai sekarang ini, jenis Martabak telor yang beredar hampir diseluruh pelosok Indonesia, adalah merupakan hasil modifikasi dari yang aslinya.
Martabak terang bulan/martabak manis. Konon menurut kisah disebut terang bulan, karena bentuknya bulat seperti bulan purnama. Martabak manis ini dibuat dengan bahan-bahan dasar adonan tepug terigu, gula, telor, dan lain-lain. Dan dicetak dengan cetakan piring seng dengan ukuran kurang lebih 20 cm dan dipasang tangkai pipa besi. Dipanggang dan digoyangkan diatas bara api, arang kayu, maupun kompor minyak. Sering martabak terang bulan ini disebut juga martabak “goyang”. Isi atau bumbu-bumbunya adalah olesan mentega/margarine, susu, selai pepaya, selai nanas, meises, kacang dan lain-lain.
Pada sekitar tahun 1950-an, terjadilah modifikasi baik bentuk maupun ukuran dan rasa martabak manis. Cetakannya terbuat dari besi cor / cor perunggu,cor kuningan dengan ukuran 18/20 cm, 20/22 cm, 22/24 cm, 24/26 cm, 26/28 cm, 28/30 cm. Dengan isi atau bumbu-bumbunya adalah susu, kacang, keju, meises, wijen, kismis, durian, dan lain sebagainya.
Keahlian Abdullah diajarkan kepada kerabat dekat istrinya maupun tetangga-tetangganya. Tercatatlah nama-nama sebagai berikut :
1. Ahmad bin Kyai Abdul Karim (Alm)
2. Abdul Manaf bin Kyai Abdul Karim (Alm)
3. Abdul Wahid bin Kyai Abdul Karim
4. Mawardi bin Kyai Abdul Karim
5. Rifai bin Kyai Abdul Karim (Alm)
6. Djari (Haji Umar) bin Haji Mas’ud (Alm)
7. Maktub bin Haji Mas’ud (Alm)
8. Dja’i bin Haji Sueb (Alm)
9. Ali bin Haji Sueb (Alm)
10. Rumli bi Sanadi (Alm)
11. Tamyid
12. Tuwuh
Dan masih banyak lagi nama-nama yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Ini adalah merupakan generasi kedua setelah Abdullah.
Abdullah bersama mereka-merekalah yang memperkenalkan martabak pada setiap ada keramaian di pasar-pasar malam di kota-kota besar khususnya di pulau jawa. Keramaian-keramaian seperti Sekatenan di Jogjakarta, Dugderan di Semarang, Mauludan di Cirebon-Trusmi, dan pasar malam di pabrik-pabrik tebu pada perayaan permulaan giling (metik).
Bisnis-bisnis Abdullah yang ditekuninya sekitar tahun 1935 – 1955 antara lain : “Rumah Makan India Moslem” di Slawi, “Meubeler” di Lebaksiu dan pengelola dibeberapa pasar malam.
Tersebutlah nama-nama rekan-rekan Abdullah senegara dari India pada kurun waktu antara 1930 – 1960 adalah :
1. Tuan Hasan di Semarang
2. Tuan Muhammad di Yogya
3. Tuan Haji Sayeed Ali di Jakarta
4. Tuan Salam di Jakarta
5. dan masih banyak nama-nama lain.
Ketika rekan-rekan Abdullah memilih tinggal di kota-kota besar, tidak demikian halnya dengan Abdullah yang memilih tinggal di salah satu kampung bernama Lebaksiu Kidul Kab. Tegal yang berjarak sekitar 21 km arah selatan kota Tegal bersama isteri dan anak-anaknya.
Perkembangan Martabak di Indonesia pada kurun waktu sekitar 1950 – 1990, tercatatlah nama-nama tokoh sebagai berikut :
Tegal : Dja’i bin Haji Sueb, Haji Urip, Haji Abdur Rohim, Sumyad, Muhidin, Gendon, Masan, Dahlan, dan rekan-rekan.
Jakarta : Rumli bin Sanadi, Mahsud, Mali, Tabud, Matlab, Haji Hambali, Muanas, Haji Tobroni, Luri, Muri, Tarmudi, Usup, Hudi, H. Muripin, H. Tabri, H. Nur Abdullah Hasan, Umar Hanafi, H. Toni Dartam, Dakyani, dan rekan-rekan.
Bogor : Rifai, Mawardi, Abdul Wahid, Abdul Gofur, Maskam, Haji Umar Sahir, dan rekan-rekan.
Bandung : Dasir, Mukdi, Salim, Haji Mahun, dan rekan-rekan
Cianjur : Haji Surur, Makbul Tamyid, dan rekan-rekan.
Yogya : Keluarga Besar Tuan Muhammad, Haji Muhammad Abdullah, Suud, Haji Bahroni, dan rekan-rekan.
Makasar : Haji Imam Abdul Manaf, Mashur Dja’i, Muhidin, Tori Dannya, Haji Muanas Maad, H. Wartono, H. Jurani, dan rekan-rekan.
Manado : Haji Susalit, Matlub, Haji Bedi, Warno, Haji Suyatno, Narto, dan rekan-rekan.
Pontianak : Haji Abdul Kadir Ali, Bambang Wage, Tori, dan rekan-rekan.
Singkawang : Haji Jeni Saleh, dan rekan-rekan.
Banjarmasin : Haji Muta’alim, Paluruni Tori, H. Bedi, Sunarto, dan rekan-rekan.
Semarang : Keluarga Besar Tuan Hasan, dan rekan-rekan.
Palembang : Keluarga Besar Tuan Haji Abdul Rozak (HAR) dan rekan-rekan
Bekasi : Makmur Darnya, Otong, Anwar, H. Saehudin, Saepudin, dan rekan-rekan
Kuningan : H. Midi, dan rekan-rekan
Tangerang : H. Tris, Heriyanto Dja’i, Muhammad Abdul Bayasut, Wahyu Patehi dan rekan-rekan
Sampit : Rozak Bayasut, Abdullah Bayasut, Yazid Bayasut, dan rekan-rekan.
Bontang : Haji Muhammad, Untung, H. Sunarto, Saepu Torik, dan rekan-rekan.
Jayapura : Haji Juremi, Haji Waud Umar, Haji Tono Umar, dan rekan-rekan.
Mataram : Haji Sahuri, Agus, dan rekan-rekan.
Denpasar : Haji Mashur Dakup, H. Toni, Luruh, Patehi, dan rekan-rekan.
Kupang : Ruslan Sanusi, dan rekan-rekan
Tasikmalaya : Djubaidi Ali, Balhi, Maksudi, Sungib, Sopi, dan rekan-rekan
Pekanbaru : H. Isro, dan rekan-rekan
Bukittinggi (Sumbar) : Harar, dan rekan-rekan
Itulah generasi kedua dan ketiga, pada generasi keempat, sekarang telah menyebar keseluruh pelosok Indonesia. Menu dagangannya pun tidak hanya martabak saja namun beberapa jajanan yang lain, antara lain : donat, onde-onde, pukis, pisang goreng, gandasturi, tahu goreng, ayam goreng, dan aneka macam makanan dan jajanan.
Untuk luar negeri seperti Jeddah, Saudi Arabia, para tokoh-tokohnya adalah : Haji Adnan Sowi, Haji Kana, Haji Mustakin, Haji Agus Warto, Haji Zainudin bin Ahmad, Haji Syaiful Bahri, Haji Humaedi, dan rekan-rekan lainnya.
Tokoh-tokoh wanita (Srikandi) Lebakksiu:
1. Ibu Saimah Marjen
2. Ibu Hajjah Mary Wahid
Namun demikian sejarah martabak Lebaksiu dapat berkembang pesat seperti sekarang ini tidak terlepas dari dukungan moril maupun materil dari tokoh-tokoh Lebaksiu non martabak seperti:
1. Tabri (Mantan Lurah Lebaksiu Lor)
2. H. Ikna Tjokroharsono
3. H. Bahrun (Mantan Lurah Lebaksiu Lor)
4. KH. Samlawi (Mantan Lurah Lebaksiu Kidul)
5. KH.Mafhud Thoha
6. Kamali rusbad (PLN)
7. Bang Ahmad (Mantan Lurah Kajen)
8. H. DJubaidi Ahmad Baedowi (PLN)
9. Drs. H. imam Sofwan
10. Drs. Kaprawi
11. Pandi (Gang Tongkang) Jakarta
12. Drs. H. Bachruddin Nasori, Msi
13. H. Ali DJured
14. Khozin Tamjid
15. H. Abdul Malik Tamjid
16. Ir. H. Ismaun Tjokroharsono
17. Marjono (Yon Kav)
Hasil kunjungan penulis di sebagian kota-kota besar di Amerika, Eropa, Afrika, Asia dan Australia tidak ditemukan jenis Martabak Lebaksiu seperti yang sudah diutarakan diatas.
Abdullah bin Hasan Almalibary lahir di daerah Payoli, Distric Meladi, “Kerala State South of India” pada tahun 1901.
Meninggal dunia pada 1956 dan dimakamkan di desa Lebaksiu Kidul kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal Jawa Tengah. Meninggalkan seorang isteri dua anak laki dan dua anak perempuan.
Isterinya bernama Masni ( Hajjah Hasanah Masni ) binti Kyai Abdul Karim, lahir di Lebaksiu Kidul tahun 1918 dan meninggal dunia pada tahun 2000.
Apabila ilmu membuat martabak adalah sebuah ilmu yang bermanfaat ( Al IlmuNafi ) dan berguna bagi kemaslahatan umat, maka dengan mengharap ridho Allah Subhanahu wata’ala semoga Abdullah bin Hasan Almalibary beserta pengikut-pengikutnya diterima amal ibadahnya dan diampuni dosa-dosanya. Amin.
Dari hasil pengamatan saya di tulisan ini saya menyimpulkan industri kreatif itu akan berkembang jika kita mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki pengalaman yang cukup banyak seperti pada beberapa pemuda asal daerah lebaksiu kabupaten Tegal yang mengadu nasib dengan berjualan makanan atau mainan anak-anak pada setiap ada perayaan di kota-kota, seperti kota Semarang. selain itu mempunyai banyak relasi yang bisa kita ajak untuk bekerja sama juga merupakan faktor penting untuk memajukan industri kreatif kita
Langganan:
Postingan (Atom)